Menu

Mode Gelap
Johannes Rettob Fokus pada Penataan Birokrasi dan Peningkatan Kinerja Pemerintahan di Mimika Lembaga Adat Mimika Tantang Pemerintah: Stop Politisasi, Tolak Pj Bupati Baru! Bentrok Warga di Jalan C Heatubun Timika Berakhir dengan Kesepakatan Damai Pemkab Mimika Siapkan 280 Formasi Khusus CPNS untuk Putra-Putri OAP Komunitas Kovac Timika Bangun Tugu Helm di SP 2 Cenderawasih untuk Tingkatkan Kesadaran Penggunaan Helm PJ Gubernur Papua Tengah Tegaskan : ASN Harus Netral Menjelang Pilkada 2024

Editorial

Jauhkan Primordialis – Sektarianisme dari Pilkada Mimika

badge-check


					Jauhkan Primordialis – Sektarianisme dari Pilkada Mimika Perbesar

Advertisements

KEDUA sifat yang menjadi karakter dasar manusia so pasti ada dan faktanya memang menampak dalam beragam bentuk, sehingga penting diingatkan bersama agar sebaiknya dijauhkan dari persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) di Kabupaten Mimika ini.

Secara sederhana dipahami bahwa, primordialisme adalah suatu sikap memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan, dan segala sesuatu yang ada di lingkungan. Itu artinya, adalah sangat mungkin sekali bagi seseorang untuk bersikap dan bertindak menurut apa yang dimiliki dari pengalaman masa kecil, ikatan kebiasaan atau adat istiadat, atau bahkan dari hubungan sosialnya.

Contoh sikap primordialis ini dapat dilihat dalam banyak hal seperti juga dalam politik, dimana tidak jarang setiap person menaruh keberpihakannya hanya karena satu suku atau satu adat budaya, satu kepercayaan atau satu lokasi tempat domisili.

Sektarianisme sendiri dapat dipahami sebagai suatu semangat membela suatu sekte atau mazhab, kepercayaan, atau pandangan agama yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut. Dalam konteks sekular atau (diluar sekat-sekat primordialis atau sektarianis), sifat sektarianis ini juga mewabah dalam banyak keadaan termasuk didalam dinamika politik. Bisa saja seseroang itu karena memiliki perasaan satu suku atau satu agama atau satu kelompok sosial sehingga sulit sekali baginya untuk tidak bersikap dan bertindak ‘membela’, sekalipun bisa jadi salah pembelaannya.

Sementara demokrasi atau kerakyatan justru dipahami sebagai bentuk pemerintahan oleh dan dari serta untuk semua sehingga warga setiap negara memiliki hak yang sama untuk mengambil keputusan yang dapat mengubah hidup mereka sendiri. Demokrasi mengizinkan warga negara ikut serta—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Artinya jelas, tidak dapat menutup diri (oleh dirinya sendiri) atau ditutup (oleh siapapun) untuk bebas berikir, bersikap dan bertindak, karena selayaknya lah demikian.

Menghadapi pesta demokrasi pemilihan kepala daerah di Kabupaten Mimika ini, mampukah semua warga masyarakat menikmati haknya pribadi tanpa perasaan primordialisme dan atau sektarisnisme???

Jawabannya, ada pada Kamu, Dia dan Saya sendiri. Meski editorial redaksi megekipapua.com pekan ini tetap hendak mengajak semuanya di Mimika, mari jauhkan sekat-sekat Primordial dan sectarian. Tuhan Yang Maha Esa Melindungi dan Mengamankan Mimika memiliki pemimpin baru. (Redaksi)

Baca Lainnya

Kantor Baru Klasis GKI Mimika Megah, Siapkah Berdampak pada Megahnya Pelayanan

24 April 2025 - 19:19 WIT

Peresmian Kantor Klasis GKI Mimika Siap Digelar

24 April 2025 - 18:17 WIT

Trending di Berita Utama