Menu

Mode Gelap
Johannes Rettob Fokus pada Penataan Birokrasi dan Peningkatan Kinerja Pemerintahan di Mimika Lembaga Adat Mimika Tantang Pemerintah: Stop Politisasi, Tolak Pj Bupati Baru! Bentrok Warga di Jalan C Heatubun Timika Berakhir dengan Kesepakatan Damai Pemkab Mimika Siapkan 280 Formasi Khusus CPNS untuk Putra-Putri OAP Komunitas Kovac Timika Bangun Tugu Helm di SP 2 Cenderawasih untuk Tingkatkan Kesadaran Penggunaan Helm PJ Gubernur Papua Tengah Tegaskan : ASN Harus Netral Menjelang Pilkada 2024

Artikel

Sunarman & Alex Mampenawan Menguak Tabir Sejarah Eirene Bhintuka

badge-check


					oplus_0 Perbesar

oplus_0

Advertisements
Sunarman & Alex Mampenawan di kediaman Suherman, jalur C Kampung Bhintuka, Mimika. (Foto: MPC.doc)

BERSYUKUR menjadi bagian dari sejarah besar Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua khusus di Klasis Mimika, sosok Sunarman seorang Transmigran asal Cilacap Jawa Tengah dan Penatua (Pnt.) Alex Mampenawan mantan Babinsa Utikini Baru Kodim 1710/Mimika menguak tabir sejarah Jemaat GKI EIRENE di Kampung Bhintuka SP-13 Mimika.

Didatangi megekipapua.com yang juga Wakil Ketua Klasis dan Wakil Sekretaris Klasis GKI Mimika, Pnt. Joe Luis Rumaikewi, S.Sos di kediamannya jalur C Kampung Bhintuka SP-13, Sunarman bersama isteri menyambut sejuk dan mulai menceritakan jejak-jejak langkah Jemaat Eirene mulai Hadiri di Mimika didampingi Alex Tampenawa. “Selamat siang selamat datang di rumah ini,” sahut Sunarman.

Bersama Wakil Sekretaris Klasis GKI Mimika, Pnt. Joe Luis Rumaikewi, S.Sos dan Suherman serta Pnt. Alex Mampenawan. (Foto: MPC.doc)

Hadir di Mimika sejak Desember 1999, Sunarman mengakui sudah ada bersama 10 Keluarga Kristiani Transmigrasi pertama lainnya di Bhintuka. Berkat kontribusi perwakilan pemerintah dari UPT (Unit Perumahan Transmigrasi) Kampung Utikini Baru, (Alm.) Rolly dan UPT Kampung Bhintuka, (Alm.) Altikal Patulak serta Kepala Kampung Bhintuka, Nataniel Murib. Kehadiran Sunarman sebagai warga trans kristiani juga bisa dimungkinkan Yang Maha Kuasa ada di Kampung Bhintuka, bahkan boleh ada dalam suatu persekutuan ibadah bersama 10 Keluarga lainnya di Bhintuka sebagai titik awal hadirnya Persekutuan Jemaat Eirene Bhintuka SP-13.

“Jadi saya merasa bersyukur sekali karena Tuhan Yesus Kristus bekerja dengan cara-cara ajaib untuk menghimpun kan orang percaya pada saat itu, baik melalui kesediaan warga kristiani tetapi juga melalui Bapak Nataniel Murib dan Bapak Rolly itu,” tutur Sudarman.

Alex Mampenawan yang memulai tugasnya di tahun 2000 sebagai Babinsa Bhintuka kala itu, juga diminta pihak Kodim 1710/Mimika untuk melakukan bantuan pembinaannya bagi masyarakat melalui persekutuan Jemaat Kristiani dan dipercaya sebagai Penatua.
“Iya saya juga hadir waktu itu dalam kapasitas sebagai Babinsa yang ditugaskan untuk ada ditengah masyarakat Bhintuka dari Kampung Utikini Baru. Tapi saya juga Majelis sebagai Penatua, Saya juga senang karena bisa dipercayakan Tuhan untuk melayani umat di Bhintuka,” tutur Alex.

Sosok Lulut Krisnadi Dalam Sejarah Eirene Bhintuka

Dalam perjalanan terintisnya persekutuan Jemaat GKI Eirene Bhintuka saat itu, sosok Lulus Kusnadi sebagai salah satu warga trans kristiani di jalur C Kampung Bhintuka juga diakui menjadi bagian dari sejarah besar GKI Di Klasis Mimika ini karena menyediakan kediaman miliknya sebagai tempat dilakukannya persekutuan Jemaat yang mulanya dijalani 10 Kepala Keluarga.
Sekalipun sudah kembali ke kampung halamannya di Cilacap, Lulut Kusnadi pun menanggapi ramah megekipapua.com saat dihubungi via selulernya, di tengah diskusi yang dilakukan di kediaman Sunarman.
Ditanyai soal apa yang mendorongnya memberikan kediamannya sebagai lokasi beribadah, dijawabnya tersenyum, “iya karena waktu itu kebutuhannya untuk warga beribadah dan belum ada tempat, jadi ya sudah tempat tinggal itu dipakai saja,” akunya.

Lahan milik, Lulut Krisnadi yang pernah dijadikan sebagai tempat beribadah Pos Pelayanan Eirene, di Kampung Bhintuka SP-13. (Foto: MPC.doc)

Tak banyak yang diungkapkannya selain bersyukur bahwa Jemaat Eirene Bhintuka boleh terus diberkati Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja hingga saat ini. “Semoga kita semua terus diberkati… Amin,” ucapnya lagi.

Mengawali hadirnya Pos Pelayanan kepada warga Transmigrasi Kristiani saat itu, tutur Sunarman dan Alex, ketika ada warga Jemaat Eirene, Poniah dan Agus Riyanto yang melakukan komunikasi kepada Majelis Jemaat di GKI Diaspora SP-2 Timika Jaya agar warga Bhintuka ada sekumpulan warga GKI yang membutuhkan bantuan pelayanan. Selanjutnya, sudah ada Pdt. Yohana Halatu, S.Th yang datang melayani dan melakukan ibadah pembukaan Pos Pelayanan dan melantik Majelis GKI Eirene Bhintuka. “Di bulan Februari 2000 itulah, Pdt. Yohana Halatu memberikan nama Eirene bagi Jemaat GKI di Kampung Bhintuka dan meresmikan nama EIRENE sebagai nama Jemaat GKI di Kampung Bhintuka SP-13 di rumah kediaman Lulut Krisnadi itu.

Dalam perkembangannya, Pos Pelayanan Eirene itu dilaksanakan dalam Gedung Gereja GKKD di Jalur A Kampung Bhintuka secara oikumene, tepatnya di kediaman salah satu warga GKKD, Ruslan. Jemaat GKI Eirene Bhintuka sendiri mendapatkan waktu Ibadah pada pukul 06.00 pagi pada setiap hari Minggu. Panggilan pelayanan itu dijalani umat Tuhan di Eirene Bhintuka hingga dibentuklah Panitia Pembangunan Gereja GKI Eirene Bhintuka, dengan modal awal Rp5.000.000,- secara swadaya Jemaat hingga akhirnya Gedung GKI Eirene Bhintuka sendiri tersedia di jalur A Kampung Bhintuka, itupun tidak terlepas dari bantuan Tuhan Yesus Kristus melalui tokoh masyarakat Bhintuka, Yan Yolemal Tinal yang saat itu berkenan mengantarkan Panitia pembangunan gedung Gereja baru Jemaat GKI Eirene kepada mantan Bupati Mimika, (Alm. Klemen Tinal dan isteri).

Dalam perjalanan yang dialami Jemaat, kedua Nara sumber awal ini mengungkapkan sukacita diantara keprihatinannya juga yang terus digumuli. Sukacita karena Jemaat ini terus disertai Kepala Gereja mengalami panggilan persekutuan, kesaksian dan pelayanan. Prihatin karena masih banyak hal hal yang dipikirkan keduanya harus terus dilakukan bersama, terutama bagaimana Jemaat dapat terus bertambah-tambah ke depannya yang dapat mempengaruhi pelayanan yang Tuhan Yesus Kristus percayakan ini.
“Kami terus bergumul kenapa Jemaat ini masih terus seperti ini, ada yang datang tetapi ada juga yang pergi. Ada kerinduan kerinduan untuk membuat pagar gereja atau menyemangati umat yang belum dapat dilakukan hingga saat ini,” tutur Alex Mampenawan.

Cerita awal terkuaknya sejarah Jemaat GKI EIRENE Bhintuka inipun diakhiri dengan jamuan makan bersama oleh Keluarga Sunarman, dan cerita tentang motivasi dan semangat berjemaat. (samuel nussy)

Baca Lainnya

Saidiman Dikembalikan Jabat Kepala Puskesmas Limau Asri

9 Mei 2025 - 12:47 WIT

Dinas Kesehatan Mimika Upayakan Semua Nakes & Non-Nakes Jadi PPPK

9 Mei 2025 - 12:37 WIT

Trending di Artikel