Menu

Mode Gelap
Klasis GKI Mimika Refleksi Pelayanan 2025 dan Sambut Tahun Kepedulian 2026 Lembaga Adat Mimika Tantang Pemerintah: Stop Politisasi, Tolak Pj Bupati Baru! Bentrok Warga di Jalan C Heatubun Timika Berakhir dengan Kesepakatan Damai Pemkab Mimika Siapkan 280 Formasi Khusus CPNS untuk Putra-Putri OAP Komunitas Kovac Timika Bangun Tugu Helm di SP 2 Cenderawasih untuk Tingkatkan Kesadaran Penggunaan Helm PJ Gubernur Papua Tengah Tegaskan : ASN Harus Netral Menjelang Pilkada 2024

Profile

Perjalanan Jonah Waromi dari Amerika ke Mimika: Mengubah Impian Menjadi Pengabdian

👁 Dibaca 997 kali
badge-check


					Jonah Arthur Waromi, Johnson & Wales University - Rhode Island, Amerika Serikat. Perbesar

Jonah Arthur Waromi, Johnson & Wales University - Rhode Island, Amerika Serikat.

Advertisements

Kisah inspiratif ini datang dari Jonah Artur Waromi, pria kelahiran Manus Island pada tahun 2000, berdarah campuran Papua dan Papua New Guinea. Pulau yang terletak di sisi utara Papua New Guinea ini merupakan bagian dari gugusan Admiralty Islands. Meski berada di negara tetangga, Manus Island relatif dekat dengan wilayah Papua, Indonesia, karena keduanya berada di pulau yang sama, New Guinea, meski dipisahkan oleh garis perbatasan.

Pada tahun 2001, saat berusia satu tahun, Jonah dibawa mengikuti ibunya ke Papua. Ibunya berasal dari Serui, Ambai, sementara ayahnya berasal dari Manus. Sebagian besar keluarga ibunya menetap di Jayapura, tepatnya di daerah Dok 9 Atas, sehingga Jonah tumbuh familiar dengan kota ini sejak kecil. Ia menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Jayapura dan akhirnya menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA Negeri 2 Jayapura.

 Jonah melihat banyak peluang setelah selesai sekolah Namun, ia memutuskan fokus pada satu tujuan: mencoba kesempatan belajar ke luar negeri melalui Program Beasiswa Unggul Papua. “Kalau ada kesempatan untuk keluar dan belajar, kenapa tidak dicoba? Saya coba saja dulu,” ujar Jonah.

Kesempatan Beasiswa dan Pendidikan di Amerika (Rhode Island)

Pada tahun 2018, setelah lulus SMA, Jonah mendapatkan kesempatan mengikuti Program Beasiswa Unggul Papua, yang didanai melalui Dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua pada masa kepemimpinan Gubernur Lukas Enembe. Program ini membuka jalan bagi banyak anak Papua untuk menempuh pendidikan ke luar negeri, sebuah peluang besar yang sebelumnya sulit dibayangkan.

Melalui program ini, para penerima beasiswa diberangkatkan ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dan Australia. Jonah menjadi salah satu peserta yang berkesempatan melanjutkan studi di Amerika Serikat, bersama teman-temannya dari berbagai latar belakang. Banyak di antara mereka berasal dari keluarga sederhana—anak petani, pedagang pasar, hingga tukang ojek—namun diberi kesempatan yang sama untuk belajar di luar negeri.

Jonah pun mengungkapkan rasa syukurnya atas kebijakan pemerintah daerah yang membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi generasi muda Papua.

“Program ini sangat menolong kami. Banyak dari kami datang dari keluarga sederhana, tapi pemerintah Provinsi Papua lewat Otsus memberi kami kesempatan untuk sekolah ke luar negeri. Itu luar biasa dan tidak semua daerah bisa melakukan hal seperti ini,” tutur Jonah.

Setibanya di Amerika, Jonah dan beberapa rekannya ditempatkan di Rhode Island, salah satu negara bagian terkecil di wilayah New England, pantai timur Amerika. Meski kecil, Rhode Island dikenal sebagai kawasan pendidikan dengan lingkungan yang tenang.

Kehidupan Rhode Island dan Pendidikan

Bagi Jonah, Rhode Island adalah tempat belajar yang tenang dan menyenangkan, jauh berbeda dari kota-kota besar seperti New York atau Los Angeles.

“Di sini suasananya santai, ritme hidupnya tidak terburu-buru, jadi bisa fokus belajar dan menikmati setiap momen,” ujar Jonah.

Di kampus, kelas kecil dan dosen yang mudah ditemui membuat interaksi lebih hangat, sementara teman-teman dari berbagai negara menghadirkan pengalaman multikultural yang kaya.

“Fasilitas kampus lengkap, dari perpustakaan hingga ruang diskusi, sangat mendukung kegiatan akademik. Selain itu, ada banyak ruang hijau, pantai, dan pertunjukan seni yang bikin hidup di sini semakin menarik,” tambahnya.

Meski tenang, Rhode Island tetap strategis, dekat dengan kota-kota besar, sehingga pengalaman akademik dan budaya bisa terus diperluas. Lingkungan ini memberi Jonah keseimbangan sempurna antara belajar, bersosialisasi, dan menikmati hidup.

Jonah dapat beradaptasi dengan cepat di Rhode Island, sehingga mampu fokus menyelesaikan pendidikan Bachelor of Science (BSc) in Political Science.

Kembali ke Papua

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Jonah menerima tawaran dari dosennya untuk bekerja di Amerika. Namun, ia memilih untuk pulang dan bertemu dengan keluarga, karena lima tahun sejak awal bersekolah ia belum pernah kembali. Selain itu, Jonah berencana untuk mengabdi sekaligus melihat peluang kerja dan kesempatan yang ada di Papua, mengingat pendidikan yang ia tempuh selama ini dibiayai pemerintah dan ia ingin memberi kontribusi nyata bagi perkembangan daerahnya.

Akhirnya, pada bulan Mei 2025, Jonah tiba di Jayapura dan disambut dengan haru oleh keluarga yang bangga atas keberhasilannya menyelesaikan pendidikan di Amerika. Suasana penuh kebahagiaan dan air mata haru mewarnai momen ini, menandai selesainya perjalanan panjang Jonah menempuh pendidikan di negeri yang jauh dari tanah air, sekaligus awal dari babak baru dalam hidupnya.

Panggilan Mengabdi

Sepulang Jonah dan tiba di Jayapura pada Mei 2025, ia mencoba mengirim lamaran kerja. Tidak lama kemudian, kesempatan datang dari BUMN (Pertamina). Prosesnya sudah memasuki tahap offering letter atau surat penawaran kerja, yang memuat posisi, lokasi kerja, status kepegawaian, gaji, dan benefit, setelah menunggu beberapa waktu.

Namun, niat Jonah mulai berubah. Keinginan besar untuk mengabdi muncul ketika salah satu saudaranya, yang bekerja di sebuah yayasan, menyampaikan bahwa kemampuan Jonah juga bisa dikontribusikan melalui lembaga tersebut. Momen ini menimbulkan kesadaran baru bagi Jonah bahwa ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama belajar di luar negeri dapat memberi manfaat lebih luas, terutama bagi anak-anak Papua yang membutuhkan dukungan pendidikan dan bimbingan.

Langkah Baru Jonah: Tutor di Black Pearl English Course

Untuk mengabdi, Jonah memilih bergabung dengan Yayasan Mutiara Hitam Papua, yang pusatnya berada di Nabire dan mengelola Black Pearl English Course. Yayasan ini juga merupakan bagian dari Black Pearl Network di Perth, Australia, dengan program yang bekerja sama dengan Uniting Church of Australia, fokus pada pendidikan bahasa Inggris untuk Papua.

Satu minggu setelah bergabung, Jonah terbang dari Jayapura menuju Nabire. Di sana, ia mengikuti pelatihan langsung dari pengurus yayasan dan para donatur dari Australia. Pelatihan tersebut mencakup metode pembelajaran, kurikulum, serta praktik mengajar secara langsung. Setelah proses pelatihan selesai, para peserta yang bergabung dengan yayasan kemudian diterjunkan ke berbagai lokasi untuk mulai menjalankan tugas pengajaran.

Melalui kerja sama yayasan dengan beberapa Klasis GKI (Gereja Kristen Injili di Tanah Papua) dan MoU yang ada, Jonah langsung ditempatkan sebagai pengajar di Klasis GKI Mimika, yang juga membuka anak cabang dari BPEC, yaitu Black Pearl English Course Mimika. Sesampainya di Mimika, Jonah disambut hangat oleh Badan Pekerja Klasis GKI Mimika, yang memfasilitasi tempat kursus dan tempat tinggalnya.

Pada bulan Juni 2025, Jonah mulai mempersiapkan kelas kursus bahasa Inggris. Antusiasme jemaat sangat luar biasa; anak-anak dari Klasis GKI Mimika langsung mengisi kuota dari tiga kategori, SD, SMP, dan SMA, dengan 56 anak mendaftar.

Di BPEC Mimika, Jonah menerapkan metode belajar yang berbeda agar anak-anak bisa belajar dengan rileks dan menyenangkan. Kelas tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga menghadirkan pengalaman belajar yang interaktif dan kreatif. Beberapa metode yang diterapkan antara lain: kelas bermain, bernyanyi sambil belajar, dan belajar di luar ruangan (outdoor learning). Dengan pendekatan ini, anak-anak dapat lebih santai, aktif, dan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

Puji Tuhan, seluruh 56 anak yang mengikuti kelas—dari SD hingga SMA—dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Antusiasme mereka yang tinggi, rasa ingin tahu yang besar, dan semangat belajar membuat setiap sesi terasa hidup dan penuh energi. Kelas berjalan lancar hingga penutupan pada 28 November 2025, menjadi bukti bahwa belajar bisa efektif sekaligus menyenangkan.

Dari Kelas Pertama hingga Kelulusan 

Acara kelulusan siswa-siswi BPEC Mimika berlangsung di Ruang Meeting Kantor Klasis GKI Mimika, bersamaan dengan ibadah penutupan akhir tahun pelayanan Klasis GKI Mimika. Suasana terasa hangat dan sederhana, di mana beberapa orang tua mewakili para peserta hadir menyaksikan momen ini.

Jonah hadir mewakili yayasan, menyaksikan langsung proses penyerahan sertifikat kepada peserta sebagai penghargaan atas 6 bulan belajar mereka di BPEC Mimika, lengkap dengan grade dan nilai sesuai kemampuan masing-masing.

“Puji Tuhan, hampir seluruh peserta sekolah ini adalah anak-anak dari Klasis GKI Mimika. Mereka sangat antusias mengikuti setiap proses belajar yang kami jalankan di BPEC Mimika. Rasanya menyenangkan melihat semangat mereka untuk belajar, walaupun baru memulai.

Dukungan dari pendeta jemaat dan orang tua juga sangat luar biasa. Tanpa dorongan mereka, pasti tidak akan semudah ini. Mereka selalu hadir, memberi semangat, dan memastikan anak-anak bisa terus belajar dengan baik. Itu benar-benar membuat saya merasa bersyukur dan makin termotivasi untuk mengajar serta membimbing anak-anak di sini.”

Dalam kesempatan itu, Jonah menyampaikan harapannya agar program BPEC Mimika terus berjalan dan berkembang, memberi kesempatan bagi anak-anak di Klasis GKI Mimika untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan memperluas wawasan melalui pendidikan yang berkualitas.

Jonah juga menekankan manfaat bahasa Inggris dalam berpikir kreatif dan logis. Belajar bahasa asing tidak hanya soal kata, tetapi juga membentuk logika, struktur berpikir, dan kreativitas. Anak-anak bilingual cenderung lebih fleksibel dalam memecahkan masalah dan menghadapi tantangan.

“Saya ingin adik-adik tidak hanya bisa berbicara bahasa Inggris, tetapi juga berpikir lebih kreatif dan terbuka. Bahasa adalah jembatan untuk dunia yang lebih luas,” tambah Jonah

Harapan ini menjadi fondasi bagi perjalanan pendidikan anak-anak di Klasis GKI Mimika, sekaligus tujuan jangka panjang dari program BPEC Mimika dalam membangun generasi muda yang siap menghadapi tantangan global.

Sinergi Gereja dan Yayasan dalam Mempersiapkan Generasi Emas

Jonah menyampaikan apresiasi mendalam kepada Badan Pekerja Klasis GKI Mimika atas kerja sama melalui MoU dengan Yayasan Mutiara Hitam Papua. Dukungan Pdt. Junus Maurits Bonsapia dan Pnt. Joe Rumaikewi, yang terlibat aktif sejak pertemuan awal hingga peresmian pusat yayasan di Nabire, memungkinkan Jonah ditempatkan di Mimika untuk mengajar. Fasilitas tempat tinggal yang disediakan juga sangat membantu kelancaran proses belajar-mengajar di Black Pearl English Course (BPEC) Mimika, memastikan program berjalan dengan efektif.

“Saya sangat berterima kasih kepada Badan Pekerja Klasis GKI Mimika. Dari awal komunikasi di Nabire hingga saya bisa mengajar di Mimika, semuanya berjalan lancar berkat dukungan dan keterbukaan pihak klasis. Fasilitas tempat tinggal yang diberikan sangat membantu fokus saya dalam mengajar dan melayani anak-anak,” ujar Jonah

Ia menambahkan dengan penuh keyakinan:

“Saya percaya, lewat pendidikan bahasa Inggris, kita sedang mempersiapkan generasi emas—anak-anak yang memiliki kepercayaan diri, wawasan luas, dan siap melayani di mana pun Tuhan menempatkan mereka di masa depan.”

Kolaborasi ini menjadi pilar utama keberhasilan program pembelajaran bahasa Inggris, sekaligus menegaskan sinergi strategis antara lembaga gereja dan yayasan dalam membentuk generasi unggul, tidak hanya di Klasis GKI Mimika, tetapi juga sebagai model pengembangan pendidikan di seluruh Papua, yang siap menghadapi tantangan akademik, sosial, dan masa depan yang lebih luas.

Perbicangan sore itu, langit Mimika berubah menjadi oranye keemasan. Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, menutup hari dengan keheningan di halaman kantor Klasis GKI Mimika, Jonah mengakhiri wawancara dengan megekipapua.com. Dengan suasana yang hangat dan tenang, ia mengeluarkan catatan kecil yang pernah ia tulis saat berada di Amerika dan membacakan kembali:

“From the blessed land, God raised a generation that would be a light to the nations.”

Yang berarti:

“Dari tanah yang diberkati, Tuhan membangkitkan sebuah generasi yang akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa.”

Sambil tersenyum manis dan dengan mata yang berbinar, Setelah menutup momen itu, Jonah bersiap pulang ke Jayapura keesokan harinya untuk berlibur menyambut Natal dan Tahun Baru serta bertemu kembali dengan keluarganya.

 

Penulis : Kores Enriq, S.Kom

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *